Kuala Indah Di Lensa Penulis Muda


Tindakan akan menggambarkan
dan mengartikan siapa Anda. 
--Thomas Jefferson--

Entah mengapa, saya tiba-tiba harus mengutip kalimat orang yang namanya melekat dalam catatan sejarah peradaban modern dunia itu. 

Semuanya berawal ketika dalam kotak surat elektronika saya masuk sejumlah foto yang menggambarkan suasana salah satu titik pantai dalam bentangan panjang pesisir di Batubara yang berhadapan dengan Selat Malaka

Yang mengirimkan, adalah seorang gadis muda yang terkesan punya minat besar mengembangkan bakatnya dalam ranah jurnalistik. Aktivitas semacam itu, faktanya punya daya, guna membentuk visi manusia pada ruang lingkup global.

Hal itu dapat terwujud dengan beragam alasan. Tapi intinya orang-orang yang menggelutinya punya kemampuan nalar dan responsibilitas dalam mencermati situasi dan kondisi masyarakat, lingkungan di sekitarnya. 

Ia juga tentu punya semacam sense of crisis yang berguna, jika pada faktanya ia menemukan sesuatu yang menuntut penanganan. 

Laporan jurnalistiknya, pada hakikatnya bagian dari transparansi, diharapkan akan menggugah partisipasi khalayak guna memperbaiki keadaan.

Terus, potret seperti apakah yang dikirimkan gadis itu? Ia antara lain, membidik kondisi pantai di kawasan Kuala Indah.

Beberapa hal memang pernah jadi catatan penting di sana. Misalnya belum lama ini saja, pasang rob melanda kawasan, yang membuat warga harus hidup dalam keprihatinan. 


Lingkungan pesisir juga tampak sangat sederhana dengan tata permukiman yang seadannya, baik menuju maupun pada titik pantai itu sendiri.

Seperti ada semacam pembiaran dari pihak-pihak yang seharusnya punya tanggung jawab besar untuk menangani. 

Misalnya, warga sekitar atau siapapun yang ingin menuju ke sana harus berjibaku dengan jalan bergelombang nan melelahkan. Itu belum lagi harus mengenyam debu yang beterbangan seiring lalu-lalang kenderaan.

Lebih miris lagi, karena abrasi yang masih jadi ancaman. Tak tampak penahan ombak yang relatif mampu menahan gempuran air laut yang perlahan menggerus kawasan permukiman.

Begitu juga dengan sanitasi, sarana air bersih juga ketersediaan fasilitas yang dapat dimanfaatkan warga untuk memelihara/meningkatkan kebersihan kawasan.

Masyarakat, sepertinya harus berjuang sendiri untuk memenuhi haknya menikmati hidup layak. Padahal sejumlah pemangku kepentingan jelas dituntut kepedulian dan tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh guna mencerahkan nasib rakyat. 


Contohnya pemerintah Sebagai pihak eksekutif tentunya dapat berperanan mengucurkan anggaran untuk menjawab tuntutan semacam itu. Mulai dari APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten hingga APBDes. 

Karena memang segenap jenis anggaran itu sejatinya memang diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat.

Belum lagi dengan pihak korporasi. Bukankah bina lingkungan/bina kawasan dapat dibantu dengan kucuran dana corporate social responsiblity dalam jumlah memadai sehingga menimbulkan dampak positif berskala luas?

Bukankah faktanya, Kuala Indah bersisian langsung dengan beberapa perusahaan berkaliber mega?Sehubungan dengan itu tentulah akan sangat banyak tanda tanya yang dapat mencuat, yang akan terjawab entahpun tidak.

Tapi baiklah. Ada baiknya kita menyimak yang dikatakan Jefferson pada kutipan yang diterakan di atas, setidaknya sebagai secuil cerminan mengenai tindakan yang pada dasarnya diawali kepedulian. 

Bagi pemerintah, korporasi maupun stake holder lainnya akan kian jelas gambaran sosoknya, pada keadaan Kuala Indah yang memperihatinkan saat ini. Maupun jika daerah itu menjadi lebih baik pada masa mendatang.

Dan bagi gadis muda dengan jepretan yang ia hasilkan, tentulah itu berupa kepedulian yang mampu ia wujudkan dengan jemari kecilnya. Ia seakan berupaya menyuarakan kepada dunia, bahwa di Kuala Indah ada hal yang harus dibenahi.****k.tanjong
Lebih baru Lebih lama