Catatanku: Bersekolah.














Belajar di sekolah favorit, tanpa kendala ekonomi, transportasi, termasuk kondisi jalan menuju sekolah yang bagus mungkin menjadi impian setiap orang. Karena memang kemudahan dalam menuntut ilmu, dapat berarti kemudahan upaya menghimpun ilmu dan pengetahuan yang berguna; kini dan kelak 

Dikatakan 'impian' bagi sebagian orang, sebab agaknya tak sedikit anak putus sekolah dengan beragam alasan. Lalu, boleh jadi tak sedikit juga anak-anak yang memilih bersekolah kendati terpaksa bertarung dengan kerasnya kehidupan.

Selain itu ada pula yang juga membuat prihatin. Misalnya, jika ada yang kemudian bersekolah namun tak semata-mata ingin menuntut ilmu, tapi hanya karena  sekadar bosan di rumah atau karena tak mau dikatakan orang tuanya sebagai anak yang malas belajar. Menyedihkan bukan?

Saya sangat bersyukur dengan berkah ini: bahwa saya tidak masuk dalam kategori di atas. Tak terasa 11 tahun sudah mengenyam bangku pendidikan. Kini, sedang memperkaya isi kepala dan keterampilan di salah satu sekolah menengah kejuruan di Batubara.

Sebagai penuntut sekaligus penikmat ilmu pengetahuan, tentulah berangkai-rangkai hal di lalui. Susah,senang dikenyam dengan hati yang iklas dan niat yang tulus demi sebuah cita-cita. Apa? Masih rahasia, bolehkan? Aha, 

Seperti pada Senin pagi nan cerah itu, seusai berpamitan kepada kedua orang tua, saya berboncengan dengan adik ke sekolah 

Kala itu waktu menunjukkan pukul 07.05 WIB. Kami bergerak lekas, karena tak ingin melewatkan upacara bendera yang rutin digelar pada awal pekan di sekolah. 

Tak lama, upacara usai. Walau terasa agak penat saya tetap penuh semangat walaupun panas matahari kala itu lumayan menyengat jangat. Apalagi hati juga menjadi lebih terhibur karena kembali bertemu dengan teman-teman setelah libur sehari pada Ahad. Semangat.

Ya. Rasa-rasanya, dalam hal bersekolah itu, sejatinya membutuhkan niat dan semangat individual siswa. Begitupun, faktor eksternal juga sepertinya tak bisa lepas begitu saja.

Misalnya, berupa bimbingan, arahan dan dukungan lainnya yang utamanya diberikan oleh orang tua. Selain itu, tak pelak jua diperlukan dukungan sarana-prasarana guna mencerdaskan anak-anak bangsa. 

Untuk yang terakhir disebut itu, pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan lainnya, tentulah diharapkan perhatian dan peranan aktifnya.

Ohh iya…manakala sedang menulis ini, sempat terkenang oleh saya pada suatu hal: Air Putih, kawasan di mana saya berrmukim kini, sejak dahulu kerap disebut sebagai 'kota pendidikan'

Lekatan itu wajar. Pasalnya, beberapa sekolah dengan aneka jenjang pendidikan ada di sana. Selama berpuluh tahun, entah sudah berapa banyak lulusan yang dilahirkan dari sekolah-sekola yang eksis, termasuk yang berdomisili di kawasan Tanjung Kubah.

Para lulusan itu, belakangan tentulah menggeluti profesinya masing-masing. Mungkin ada yang bergerak di sektor swasta, karyawan, guru, tentara, polisi, jaksa,hakim, termasuk yang berkiprah dalam ranah eksekutif. 

Sebagai siswa Kelas 11 saat ini, tentulah saya tak bermaksud bak 'mengajarkan limau berduri'

Namun, bak peribahasa 'tempat jatuh lagi dikenang, konon lah lagi tempat bermain' bukankah elok jika berlaku pada para senior yang tak sedikit agaknya yang telah mengenyam kesuksesan saat ini?

Mengenang, dibuat dalam tanda kutip, karena akan lebih apik lagi bila itu terwujudkan melalui perhatian juga tindakan nyata.

Tidak ibakah mereka ketika mengetahui para junior harus bernafas sesak ketika pergi-pulang dari sekolah merasakan jalanan yang berdebu, atau sepatu bergelumang air bercampur tanah ketika jalanan menjadi becek setelah hujan mencurah deras? 

Tapi saya berpikir positif saja. Mungkin, para alumnus yang kini sukses telah terlalu sibuk dengan urusannya. Sehingga terkesan menjadi abai dengan persoalan yang dihadapi berulam tahun oleh juniornya. 

Seperti saya, yang kerap khawatir kondisi jalan akses nan buruk, cekungan di sana-sini akan membuka peluang terjadinya kecelakaan. Paling tidak, anak-anak sekolah seperti saya akan mengganggu gegas sampai ke sekolah yang dituju.  

Saya juga punya pengalaman yang barangkali juga di alami siswa lainnya. Lubang yang bertaburan di sepanjang jalan, yang seakan menemani kami setiap pagi, sesekali terlindas jua oleh ban kenderaan. 

Nah, saat lubang yang terkena ukurannya cukup lebar dan dalam, minimal inilah yang terjadi; mengguncang perut. Bagi yang sudah sarapan di rumah, keadaan semacam itu akan membuat 'menyonak' bak kata orang kampung. Tapi bagi perutnya yang belum sempat diberi asupan, mungkin rasa lapar akan lebih menyiksa. Krukk…krukk….suara dari perut. Alahmak.

Suatu hal yang jelas, perhatian yang diberikan bukanlah cuma perihal jalanan itu. Beberapa hal urgen lainnya juga harus disikapi untuk dicarikan solusi. Seperti perlunya upaya serius untuk  menjauhkan generasi muda dari hal negatif yang mengancam, semisal 'pergaulan bebas' hingga penyalahgunaan narkoba. Bagaimana?****gadiza/ editor: k.tanjong 

Lebih baru Lebih lama