Anak Melayu khusyu' berzikir
Harap hidup berpadu berkah
Sungai Tanjung hulu-menghilir
Sarat kisah dalam sejarah
Ramailah Selat Malaka zaman-berzaman. Ia telah masyhur ke seantero jagat, bahkan agaknya sebelum nama Kesultanan di Semenanjung itu di paterikan. Entah apa nama selat itu sebelumnya, belumlah awam sampai saat ini diketahui.
Lautnya kerap dikenal tenang. Karena angin yang berasal dari Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, dibentengi oleh daratan yang melingkupinya, Sumatera dan Malaya. Letaknya nan elok itu lah membuat banyak manusia memukimi kawasan sekitarnya. Apalagi, sumber-sumber bagi penghidupan tersedia melimpah dari alam. Juga batang-batang sungai nan permai
Termasuklah Sungai Tanjung, yang pada awal-awal abad ke-18 dimulai dari hilirnya terbina Kedatukan Tanjung Limaupurut. Namun begitu, tidaklah dapat ditampik kemungkinan bahwa sebelum kedatukan tersebut wujud, telah pun ada komunitas masyarakat lainnya yang pernah eksis.
Seperti di kawasan Perkotaan, yang merupakan wilayah hulu. Jika ditilik dari sebutannya, tentulah nama kawasan itu terkesan khusus. Karena kebanyakan, sejak dulu tempat di mana manusia ramai bermukim akan dibilang sebagai perkampungan, yang di lidah kelompok tertentu Melayu disebut 'kampong'
Karena itu, patut pula diduga kuat bahwa wilayah Perkotaan tersebut di masa lalu, berwujud 'kota' yang sesungguhnya. Yang tidak sekadar diisi warga, namun juga menjadi salah satu titik penting pertumbuhan perekonomian pada masa lampau.
Jika ditinjau dari sisi geografis, memang cukup beralasan. Sebab wilayah itu bak diapit erat oleh dua pencabangan sungai yang berinduk dari Bah Bolon. Diketahui, sungai pada belahan Timur Sumatera, merupakan pendukung alam yang utama dari sektor transportasi: dari dan atau menuju Selat Malaka. Sungai menjadi begitu penting dalam hal rantai pasokan logistik, yang tentu lah berkaitan erat dengan perdagangan aneka komoditas. Baik bagi pemukim di pesisir, maupun yang nun jauh di pedalaman. Pada titik penting itu lah kawasan yang bernama Perkotaan itu berada.
Bukti Sejarah Bernilai Otentik
Salah satu yang agaknya dapat dijadikan bukti yang paling otentik adalah keberadaan sejumlah permakaman tua di sana. Pada tempat yang tampaknya lebih tinggi dari daratan sekitarnya,terdapat permakaman dengan nisan tak bernama. Kesan Melayu yang kuat tampak dari tatahan bermotif pucuk rebung pada bagian bawahnya.
Tak jauh dari sana disebutkan ada makam lain. Setidaknya itu dikenali dengan adanya sebentuk batu yang diperkirakan sebagai nisan. Orang-orang menyebutnya 'Makam Panglima Hitam' Berikutnya permakaman lain terletak pada tempat yang berbentuk bundar. Berbentuk seperti itu, karena tampaknya tanah disekilingnya dikeruk untuk kebutuhan proyek pembuatan tanggul.
Klik Juga: TELUSUR JEJAK TANJUNG LIMAUPURUT
Uniknya, di sekitar permakaman-permakaman tersebut, ada area tersendiri yang dikaitkan dengan legenda Putri Hijau. Sejauh ini, awam diketahui bahwa kisah putri itu lekat dengan pembicaraan mengenai keberadaan Kerajaan Haru (Aru) yang menurut catatan sejarah, ditundukkan Aceh melalui tangan Panglima Gocah Pahlawan.
Lalu, apakah Perkotaan punya pertalian sejarah dengan salah satu kerajaan besar Melayu itu? Itu tentu penting untuk dijawab.
Namun, setidaknya ada dua hal penting yang harus dilakukan terhadap apapun yang dianggap punya nilai kesejarahan. Yaitu, perlindungan oleh pemerintah sebagai lembaga punya legitimasi melakukannya. Lalu penelitian/observasi dalam ranah akademik. Bagaimana?****k.tanjong
Tags:
Melayu