DPC Bravo Lima Minta Stakeholder Bantu Tangani Sedimentasi Sungai Bahbolon

 

Vicktor OS.SH (tengah) bersama petani dan tokoh masyarakat usai bahas solusi sedimentasi


Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pejuang Bravo Lima Kabupaten Batubara, Vicktor OS.SH meminta kepada semua stakeholder, untuk dapat bergandengan tangan mengentaskan soal sedimentasi sungai  Bahbolon yang berdampak buruk terhadap produktivitas 3350 Hektare pertanian di daerah itu. 

Dengan kebersamaan para pemangku kepentingan, yang mencakup unsur pemerintah, termasuk Dinas PUPR Sumut, menurut dia, pendangkalan sekira 7 kilometer, mulai dari Bendung Tanjung Muda-Perkotaan dapat diatasi segera. Sehingga irigasi yang mengairi lahan pertanian warga dapat normal seperti semula.   

"Dalam hal ini saya mintakan kepada Dinas PUPR Sumatera Utara agar cepat dan sigap dalam menyikapi persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. Karena persoalan ini sumber kehidupan kita. Karena pertanian yang dikelola petani menghasilkan bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat luas" Kata Vicktor usai pertemuan dengan petani dan tokoh masyarakat setempat di Sekretariat DPC Pejuang Bravo Lima, Airputih (28/9)

Pada penuntasan masalah sedimentasi pada alur Sungai Bahbolon, jelas dia, semua pihak harus mengepankan pemikiran jernih dan berorientasi pada penanganan krisis. Karena, ancaman terhadap produktivitas pertanian juga berimbas ternukanya peluang gangguan ketahanan pangan masyarakat umum.

"Satu hal lagi, menyangkut persoalan hukum,  kita bisa katakan, harus di ambil suatu keputusan, yang memang benar-benar pro ke rakyat. Jadi tidak mungkin harus kita harus urus galian-galian C nya, sementara petani sekarang ini sudah merasakan pahitnya bagaimana lahan pertanian tak dialiri air" Tegas Vicktor 

Di tempat yang sama, Rusman Nainggolan dari Gabungan Perhimpunan Petani Pemakai Air, mengungkapkan, kesulitan pasokan air, telah mengganggu pengolahan lahan pertanian setidaknya selama dua periode musim tanam (MT) Secara merata, musibah yang melanda, praktis telah berdampak negatif pada ribuan jiwa yang menggantungkah kehidupan pada sektor pertanian lokal. Baik terhadap petani pemilik lahan, maupun pekerja pertanian. 

Sungai Tanjung yang mengering sebagai dampak sedimentasi bagian hulu



"Hampir setahun, harusnya sudah dua kali musim tanam. Tapi karena masalah air tadi tersendat. Sampai sekarang, masih juga ada yang berlum  panen, dikarenakan air yang tidak memadai tadi.Terbengkalai karena tidak ada ait ini" Kata Rusman warga Desa Pematang Jering tersebut.     

Anggota DPRD Batubara dari Daerah Pemilihan VII, Alpon Sirait mengaku sangat prihatin dengan masalah yang dihadapi petani, sekaligus berdampak buruk terhadap swasembada beras itu. Pihak legislatif, diakuinya, selama ini juga tidak diam untuk membantu penanganan. 

"Persoalan irigasi Bah Bolon ini kan selama ini kan sudah  mencuat ke permukaan dan tindaklanjut dari sisi kita selaku perwakilan. Kita sudah melakukan audiensi langsung bersama gabungan petani pemakai air ke provinsi dalam rangka penanganan irigasi Bahbolon ini, terutama untuk daerah irigasi Perkotaan" Kata Alpon Sirait dari Fraksi Kebangkitan Demokrat Rakyat indonesia (KDRI) tersebut

Selanjutnya, jelas dia, dari sisi  tanggapan terhadap krisis air pertanian yang terjadi, kerjasama juga sudah dibangun dengan Pemkab Batubara. Wujudnya, dilakukan pembuatan tanggul darurat pengarah arus air di irigasi perkotaaan di Bendung Tanjung Muda. Pada aktivitas itu Pemkab bersedia memfasilitasi satu unit excavator.****k.tanjong

Lebih baru Lebih lama