Iran membantah tuduhan AS bahwa mereka berusaha mengatur rencana untuk membunuh Presiden terpilih Donald Trump sebelum pemilu November. Mereka menolak tuduhan tersebut dan menganggapnya sebagai kebohongan yang dirancang oleh aktor-aktor pro-Israel dalam upaya untuk memperburuk ketegangan antara Washington dan Teheran.
Pada Jumat, Departemen Kehakiman AS mengklaim bahwa para pejabat Iran telah meminta seorang pria bernama Farhad Shakeri untuk “memberikan rencana” untuk membunuh Trump, dan menambahkan bahwa dia juga ditugaskan untuk melakukan pembunuhan terhadap warga AS dan Israel di AS.
Shakeri digambarkan sebagai warga negara Afghanistan yang tinggal di Teheran setelah dideportasi dari AS pada tahun 2008 menyusul hukuman penjara yang lama karena perampokan.
Dakwaan tersebut juga melibatkan dua warga negara Amerika, Carlisle Rivera dan Jonathan Loadholt, yang dituduh membantu Teheran melacak warga negara AS asal Iran.
“Tuduhan yang diumumkan hari ini mengungkap upaya kurang ajar Iran untuk menargetkan warga AS, termasuk Presiden terpilih Donald Trump, para pemimpin pemerintah lainnya, dan pembangkang yang mengkritik rezim di Teheran,” kata Direktur FBI Christopher Wray dalam sebuah pernyataan.
Pada Sabtu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dengan tegas menolak tuduhan tersebut, dan menyebutnya “sama sekali tidak berdasar.” “Klaim tersebut pada saat ini [adalah] konspirasi jahat yang diatur oleh lingkaran Zionis dan anti-Iran, yang bertujuan untuk semakin memperumit masalah antara AS dan Iran,” tambahnya.***rt