PPP Dan 'Sapu Bersih'


Sekira pertengahan Januari lalu, para pengurus DPC Partai Persatuan Pembangunan di Batubara menerima SK. Itu adalah tindak lanjut dari hasil Muscab ke-3 pada Oktober tahun sebelumnya. 

Sekilas ia adalah bentuk pemenuhan administratif, sebagai bekal legalitas dalam menjalankan roda organisasi. 

Namun secara moral, ia merupakan peneraan amanat: membesarkan partai yang menempatkan Islam sebagai azas. itu terkesan istimewa karena sejauh ini dalam kancah perpolitikan di Indonesia, diketahui PPP berhasil mempertahankan azas Islam dalam konstitusi internalnya.

Klik Juga: DPC PPP BATUBARA OPTIMISTIS UNTUK BANGKIT

Mencermati adanya semangat ke-Islaman yang melekat, PPP dalam hal ini para pengurus tentulah tengah mengemban amanat yang sangat besar dan mulia. 

Aktivitasnya, jelas harus sejalan dengan prinsip-prinsip Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, ibadah serta amar ma'ruf nahi munkar. Pengurus PPP idealnya harus menjadi pejuang-pejuang tangguh, paling tidak untuk tiga poin utama itu.

Ibda' binafsik 

Untuk menjadi pelaku tugas nan mulia itu, tak salah jika merujuk pada pesan Khatamul anbiyaa' mengenai pentingnya memulakan sesuatu tindakan perbaikan dari diri sendiri. Ya. Ibda' binafsik.

Singkatnya, upaya-upaya berpolitik dalam koridor Islam nan suci oleh PPP idealnya harus diawali dengan dimilikinya individu-individu 'bersih' pada internal partai itu sendiri. Karena jika dianalogikan, sejatinya tak lah masuk akal membersihkan sesuatu menggunakan sapu yang kotor.

Klik Juga: DPW HARAPKAN PPP BATUBARA GANDENG KALANGAN MILENIAL DAN PEREMPUAN

Dalam hal ini, penataan menjadi sangat penting. Terlebih pada jajaran struktural. Selain memahami soal managerial kepartaian, pimpinan struktural partai pada setiap jenjang kepengurusan semestinya diisi oleh sosok-sosok bersih yang memahami dan mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya. 

Itu boleh jadi merupakan standar minimal, jika tokoh-tokoh yang dikenal berkepribadian wara' sekaliber KH.Maimoen Zubeir tak ditemukan.

Apakah hal itu menjadi sesuatu yang berlebihan? Kalau ada warga PPP yang berpikiran semacam itu, tentulah perlu diragukan 'ke-pe-tiga-an' nya. Orang-orang itu tak salah jika perlu digembleng secara serius oleh elemen partai yang kompeten dalam menangani kaderisasi.

Mereka perlu diingatkan bahwa pendiri-pendiri PPP yang berasal dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) Partai NU dan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) kaya dengan individu-individu, pun ulama yang bersih sekaligus istiqomah dalam komitmennya menegakkan ajaran Islam.

Peranan strategis PAC

Dalam ranah politik PPP, peranan kepengurusan pada level pimpinan anak cabang (PAC) di kecamatan punya arti penting tersendiri. Karena, tepat pada jenjang struktural di bawahnya  merupakan ranting. Jumlahnya bisa beberapa, belasan, mungkin pula puluhan.  

Seperti dipahami, kepengurusan pada level desa/kelurahan pada hakekatnya menjadi rumah bagi konstituen alias kantong-kantong suara potensial yang sangat diharapkan PPP guna memenangkan pemilihan umum.

Itu satu hal. PAC juga merupakan ranah penting bagi lahirnya wakil rakyat. Karena sejauh ini aturan yang ada masih menempatkan satu-dua kecamatan membentuk suatu daerah pemilihan. 

Ini membuatnya memiliki posisi istimewa karena PAC punya arti tersendiri dalam ketersambungan aspirasi umat ke lembaga eksekutif.

Klik Juga: GEBRAKAN PPP GALANG SUARA UMAT

Sederhananya, kekeliruan dalam penentuan pimpinan PAC akan dapat berdampak negatif berskala luas dan bersifat sistemik, khususnya dalam metabolisme intelektual/politik partai.

Apalah jadinya, jikalau sosok pemimpin PAC tidak memahami kondisi/kepentingan/kebutuhan umat yang berada persis dalam lingkungannya? Itu kalau tidak mau dikatakan bahwa secara pribadi ia justru mempraktikkan tidak secara baik ajaran Islam yang menjadi azas PPP dalam tindak-laku kesehariannya.

Jangan-jangan, kepemimpinannya diperolehi melalui proses/cara-cara yang tidak elegan. Mungkin dipengaruhi nepotisme, atau pula pengaruh 'aroma uang' untuk memenuhi kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu; sekadar memanfatkan partai untuk dapat melabeli dirinya sebagai legislator.

Tentu saja kita tidak menginginkan hal-hal buruk terjadi pada PPP yang boleh dikatakan sebagai asset politik penting umat Islam di negeri ini. PPP semestinya menjadi sesuatu yang dibanggakan karena kemampuan dan kesungguhannya ambil bagian dalam memperjuangkan nasib dan masa depan umat tempat ia mengabdikan diri. Berpikir dan berbuat demi umat. Dengan sandaran vertikal lillahi Robbil 'alamiin

Klik Juga: PENGURUS DPC PPP BATUBARA PERIODE 2021-2026 TERIMA SK

JIka telah seperti itu keadaannya, maka harapan untuk PPP memenangkan sejumlah kontestasi dalam ajang pemilihan umum dengan menyapu bersih suara umat Islam menjadi sangat besar. PPP akan memukau banyak kalangan. Tapi,ada baiknya itu dimulai dengan menyapu dalam artian menata/membenahi 'rumah' sendiri terlebih dahulu. Dengan sapu yang bersih tentunya. Bukan sapu kotor. Salam Silaturrahim****k.tanjong.

Lebih baru Lebih lama