Malaysia bersiap produksi biojet |
Datuk Zuraida menerangkan, tonggak penting ini dicapai setelah penandatanganan nota kesepahaman tentang pertukaran teknis produksi. MoU, ditandatangani Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Pengerang Maritime Industries Sdn Bhd, Shanxi Construction Investment Group Co Ltd, dan Institute of Coal Chemistry, Chinese Academy of Sciences.
Kesepakatan tersebut, menurut dia, berujung rencana pembangunan pabrik minyak nabati terhidrogenasi. (HVO) di Pengerang.Pabrik HVO berpotensi menghasilkan Sustainable Aviation Fuels (SAF) yang dikenal sebagai bahan bakar biojet, yang melibatkan perengkahan dan hidrogenasi minyak sawit menjadi bahan bakar hidrokarbon yang dapat dimanfaatkan untuk industri penerbangan.
Diperkirakan, sekira RM 3 Miliar dana investasi akan dibutuhkan untuk pembangunan pabrik, termasuk pembebasan lahan dan infrastruktur, kata Zuraida. Pada tahap pertama pabrik akan memiliki kapasitas produksi 500.000 ton per tahun.
“Kolaborasi pabrik HVO di Malaysia ini akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi. Saya sangat yakin bahwa proyek ini akan menambah nilai lebih bagi produk kelapa sawit Malaysia dengan memperkuat pertukaran perdagangan produk bernilai tambah tinggi, ”katanya dalam konferensi pers setelah upacara penandatanganan MoU
Zuraida mengatakan studi tentang biodiesel generasi kedua dan bahan bakar biojet yang melibatkan teknologi energi hijau telah dilakukan dalam enam bulan terakhir dan kemungkinan akan selesai dalam enam bulan ke depan.
Saat ini, dipaparkannya, industri semacam itu dipimpin oleh perusahaan asal Finlandia, Neste Corporation, yang memproduksi HVO di Singapura. Kedua negara itu, diketahui merupakan non produsen sawit. Malaysia merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, sedangkan Cina adalah salah satu negara pengimpor minyak sawit dari negeri itu.
Manajer umum departemen luar negeri Shanxi, Wang Chongjun mengatakan pembangunan pabrik HVO akan dimulai setelah studi selesai karena akan menentukan jenis teknologi dan fasilitas yang dibutuhkan.
“Kami berencana menggunakan produk minyak sawit Malaysia, yang dapat berupa minyak sawit yang telah memurnikan semua nutrisi seperti vitamin atau minyak limbah untuk biodiesel generasi kedua dan produksi bahan bakar biojet.
“Urutan perencanaan produksi saat ini adalah biojet fuel atau SAF, green diesel dan produk green chemical terkait yang menyertai produksinya,” ujarnya seraya menambahkan produk tersebut ditargetkan untuk diekspor ke pasar Eropa dan China.***