Pemangku Adat Kesultanan Kualuh-Leidong, Sultan Zainoel Abidin Mansyur Syah Alhajj secara resmi menganugerahkan gelar kehormatan Melayu kepada Majelis Adat Negeri Tanjung dan Ilmuwan asal Malaysia. Aktivitas tersebut menjadi bagian penting dari upaya membina, memelihara dan mengembangkan resam adat budaya bagi peradaban Melayu di Nusantara.
Dalam momentum nan khidmat itu Sultan Zainoel Abidin Alhajj bertitah, gelar kehormatan yang dikaruniakan kepada individu-individu yang beliau perkenankan, merupakan sebentuk amanah. Khususnya, dalam kebersamaan membangun aspek kultural luhur warisan Melayu.
Gelar kehormatan tersebut, jelas Sultan harus dapat disandang secara bertanggungjawab, dalam hidup keseharian. Sehingga harkat, martabat dan marwah Melayu dapat terjaga dan terpelihara. Terlebih lagi, gelar tersebut kental bernuansa adat yang semestinya dijunjung tinggi.
Datuk Ismail Tanjung, yang mendapatkan gelar Datuk Kesuma Negeri, dalam sesi penyampaian pernyataan penerima gelar mengungkapkan, anugerah dan titah yang disampaikan Sultan Zainoel Abidin merupakan pemacu semangat dalam derap langkah guna kian mengharumkan nama Melayu. Amanah itu, sebut dia, akan terus dipertahankan selama hayat dikandung badan.
Bagitupun, pada kesempatan itu diakuinya, dalam gerak langkah kerja yang akan diambil, dirinya berharap tetap mendapatkan arahan dari Pemangku Adat Kesultanan Kualuh, juga masukan saran dan pemikiran dari segenap komponen yang konsern terhadap nasib dan masa hadapan Melayu.
Selain kepada Ismail Tanjung pelimpahan anugerah gelar dari Sultan Kualuh juga diberikan kepada Rhomaidi Ms (Datuk Panji Negeri) dan Riansyah Putra Efendi Tanjung (Datuk Laksamana Setia Diraja) Dari negeri jiran Malaysia, penerima bernama Zulkefli Mahpol PhD (Datuk Bestari Cendikia Kelana)
Prof. Djohar Arifin Husin pada rangkaian acara sakral yang digelar di Kompleks Mega Park, Medan (23/11) itu, menjadi tokoh Melayu Nusantara yang turut memberikan kata sambutan. Dihadapan sejumlah tokoh Melayu, aparatur pemerintah dan masyarakat yang hadir, ia antara lain mengingatkan kembali mengenai pentingnya upaya menghidupkan nilai-nilai adat serta adanya urgensi mengenai persatuan.
Prosesi, di awali dengan menghadapnya Penghulu Acara kehadapan Sultan, menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Hymne Melayu, pembacaan ayat suci Alquran/sari tilawah dan doa.
Lalu, pasca tari persembahan, dilakukan pembacaan sari kata alu-alu mengenai sejarah Kesultanan Kualuh yang di masa lalu punya hubungan kekerabatan yang erat dengan Kesultanan Asahan. Menyusul pembacaan Surat Ceri dilakukan penyematan selempang dan keris kepada penerima gelar datuk.***k.i.tanjong

