Membahagiakan Buruh Jangan Sebatas Jargon


Penyelesaian persoalan buruh nan kompleks harus dilakukan lewat aksi nyata berupa pendekatan kesejahteraan. Tindakan oleh stake holder, terutama pemerintah tidak cukup dengan jargon juga simbolis.

Khusus Di Batubara, menurut praktisi sekaligus pemerhati ketenagakerjaan, Muhammad Rafik, kehidupan dan penghidupan yang berkenaan dengan buruh, masih belum dapat dikatakan bahagia. Hal itu dapat tergambar dengan masih relatif minimnya pendapatan rata-rata buruh.

Keluhan mengenai besaran pendapatan, diperkirakan hingga saat ini masih menghantui kalangan pekerja, terlebih lagi yang menguras keringat pada sektor informal yang belum tentu mendapatkan upah sesuai patokan standar UMK. Kondisi itu kian parah lagi di tengah laju inflasi yang masih mencekik perekonomian rakyat.

Paling tidak, papar Rafik, pemerintah dapat melakukan perhatian yang lebih baik terhadap hak-hak buruh, evaluasi, termasuk melakukan pengawasan terhadap sektor swasta yang memperkerjakan.

"Seharusnya diambil pemerintah untuk mengevaluasi lima tahun ke belakang. tentang buruknya mungkin pemerintah sebelumnya terhadap buruh; Maka dalam hal ini pemerintah hari ini yang jargonnya 'bahagia' itu bagaiman buruh itu harus bahagia. Mendapatkan hak-hak yang benar sesuai regulasi yang ada" Kata Rafik yang juga mantan Ketua DPC yang berperanan penting membesarkan Partai Gerindra di Batubara tersebut.

Selain itu, yang juga menjadi bagian yang tak boleh abai, adalah terwujudnya political will dari pemerintah guna memberikan kesempatan luas kepada tenaga lokal (putra daerah) untuk dapat terserap pada sektor industri manufaktur yang kini tengah berkembang pada kawasan-kawasan strategis seperti Kualatanjung.  

"Kita berharap juga, perusahaan-perusahaan (yang telah eksis) di Kawasan Industri Kualatanjung dan perusahaan-perusahaan yang datang dari luar daerah agar mengutamakan putra daerah untuk bisa dapat bekerja, karena anak Batubara ini juga butuh pekerjaan" Papar Muhammad Rafik yang aktif di Orta Skill itu.

Dengan cara itu, maka akan berpotensi untuk menekan angka pengangguran pada generasi usia produktif berasal dari sumberdaya manusia tempatan. Putra daerah, terang dia, pada kenyataannya juga mumpuni dan dapat diandalkan karena memilki skill dalam menjawab kebutuhan dunia industri.****k.tanjong    

Lebih baru Lebih lama