Dongkrak Ekonomi Nelayan, PNTI Bakal Gandeng Kadin

Azwar Hamid
Dalam upaya mendongkrak taraf perekonomian nelayan tradisional, Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Kabupaten Batubara, Azwar Hamid, mengungkapkan organisasinya memandang penting untuk menggandeng pihak Kamar Dagang Dan Industri (Kadin). Ia memandang, Kadin merupakan salah satu mitra strategis potensial yang dapat diajak bekerjasama.

Peran yang dapat dilakukan Kadin, menurut PNTI, antara lain menjembatani pemasaran aneka produk-produk dari hasil kelautan kepada dunia usaha baik pada level regional hingga internasional.

"Ini masalah aspek pasar, ini fungsi Kadin. Harus dicarikan sejumlah peluang agar nelayan dapat memasarkan produknya dengan harga yang baik. Termasuk kemungkinan untuk ekspor" Kata Azwar yang sempat menjabat sebagai Kepala Dinas Perikanan Dan Kelautan setempat itu, di Batubara baru-baru ini.

Selain itu, ia juga memaparkan, lewat kerjasama yang erat, PNTI bersama Kadin juga tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan pembinaan kepada nelayan tangkap maupun nelayan pembudidaya.

Ketua PNTI memaparkan, perlunya kerjasama dengan sejumlah stakeholder, karena menurut pengamatan organisasinya, pendapatan finansial nelayan tradisional masih sangat memperihatinkan. Angkanya rata-rata masih dalam kisaran USD 1-2 perhari.

Lebih memperihatinkan lagi, sebutnya jika faktor pasang-surut dan cuaca membuat nelayan tidak bisa melaut.

"Nelayan kecil ini melaut tergantung sama pola pasang. Itu misalnya, rata-rata jumlah nelayan bisa melaut dalam satu bulan itu 18-21 hari. Karena pasang kita 15 hari sekali. Yang 18-21 hari itu dengan catatan cuaca bagus. Kalau tak bagus kan tak melaut dia" Jelas Ketua PNTI yang mendapat gelar Master di Filipina itu.

Dia menyebut, mirisnya kondisi nelayan tradisional tersebut, masih diperparah lagi dengan terjadinya kerusakan lingkungan di kawasan pesisir. Sejumlah areal kawasan hutan mangrove diketahui kian kritis, bahkan beralih fungsi. Sehingga berdampak negatif terhadap produksi perikanan secara alamiah.

Selain itu, munculnya sejumlah industri manufaktur yang dikelola kalangan korporasi juga mengandung risiko tercemarnya laut dengan aneka limbah berbahaya yang meracuni ekosistem laut. Terjadinya fenomena ikan yang mati dalam jumlah besar pada kawasan pantai di Batubara belum lama ini, diduga kuat akibat faktor itu.

Yang juga harus jadi perhatian, terangnya, adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi yang berlebihan dari sektor industri terhadap penggunaan air tanah.****K.Tanjong

Lebih baru Lebih lama