![]() |
. |
Dari celah pepohonan, kicauan beburung meningkahi lentera alam yang belum lama menyembul di bentangan cakrawala. Hawa yang masih berembun, sejuk menyapa kulit. Damai menyusup. Kala itu, aku baru saja usai menziarahi makam Syekh Abdurrahman.
Mebghayati Sejarah Dari Bagunan Tersisa
Sekitar kompleks itu kini menjadi taman-taman yang tertata. Sejumlah taman lainnya yang berderet juga turut mematrikan nama-nama penting’dalam perjalanan sejarah negeri Melayu yang dibangun oleh Raja Kecik, berdarah bangsawan Johor termasyhur.Kisah itu terekam erat, walau telah bersilam abad. Lalu, aku pun berjalan menuju bangunan-bangunan yang turut menjadi landmark kebanggaan masyarakat Melayu Siak.
Persis berada di tepi sungai, berderet-deret Balai Kerapatan Tinggi, bersebelahan tak jauh dari situ makam Sultan Syarif Kasim 2 berdampingan dengan Kompleks Masjid Raya syahabuddin. Sudahlah awam, Melayu dekat dengan nafas Islam, maka keberadaan masjid adalah suatu hal yang lazim dalam suatu kesultanan dimana tatanan sosial dan politiknya mengacu pada suatu standard baku; ketika adat disandarkan pada syara’ sedangkan
syara’ itu mestilah bersendikan Kitabullah.
Siak Sri Indrapura masih lengang. Di tepi jalanan para petugas kebersihan melancarkan saluran air selokan. Yang wanita, akrab dengan penyapu di tangan. Dekat Taman Tengku Mahratu dua orang nyonya berparas keturunan Cina duduk,membincangkan sesuatu yang bahasanya tak kupahami artinya. Salah seorang diantaranya, menunjuk kesana-sini sambil mengamat-amati lingkungan sekitarnya.
Nun, pada kejauhan, di seberang alun-alun, bebungaan yang belum sepenuhnya kering dari embun, balik kuyup disiram perawat taman. Kota itu tampaknya memang berusaha menjaga keindahan raut wajahnya, yang memang dikenal elok sejak dahulu kala.
Keelokan itu tak pelak, terpancar pula dari gagah istana yang terpancang kokoh: Asserayah El Hasyimiyah.
Dibangun sejak 1889 silam pada era Assayyidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Kebanyakan orang mengenalnya dengan Istana Siak saja.
Kisah haru-biru mewarnai masa lalu yang menerakan sejarah keberadaan Istana nan wibawa itu. Bermulakan dari perseteruan di Kesultanan Johor di ujung Semenanjung Malaya. Raja Kecik yang bernama Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, sekira Tahun 1723 membangun Kerajaan Siak. Adalah Kampung Buantan yang mula dipilihnya jadi pusat pemerintahan.
Belakangan, sultan-sultan berikutnya melakukan beberapa kali pemindahan. Pernah di Senapelan, juga Mempura. Istana tak berpindah lagi Hingga kekuasaan terakhir berada pada SultanSyarif Kasim II.****
Belakangan, sultan-sultan berikutnya melakukan beberapa kali pemindahan. Pernah di Senapelan, juga Mempura. Istana tak berpindah lagi Hingga kekuasaan terakhir berada pada SultanSyarif Kasim II.****
Teks/Foto : k.tanjong
Judul Foto : Raut sunset di Sungai Siak
Judul Foto : Raut sunset di Sungai Siak
Tags:
Melayu