Siak Sri Indrapura:Tempat Rindu Tiada Bersudah (Bagian II)

.
Hari semakin matang. Telapak kaki kian hangat saat berpijak pada aspal yang tersapu cahaya mentari. Aku dengan kamera DSLR ditentengan, memang sengaja tak berkasut, karena walau bak ayam menyusuri trotoar berjalan kaki, berharap mendapatkan efek refleksi.

Tapi serasa dapat tatapan aneh dariorang-orang yang berlalu lalang, Maka, setelah mengabadikan bangunan gudang mesiu Tempo Doeloe, aku segera mencari kedai di dekat sana, untuk membeli sepasang selipa.Bersua. Toko di mana penjualnya berparas keturunan Cina

Sepenggal Cerita Dari Water Front
Ya. Rupa-rupanya aku tengah berada di kawasan Pecinan kota. Dinding bangunannya terkesan kontras karena bercat merah mencolok. Senada dengan warna sebentuk kelenteng tua yang masih berdiri sebagai simbol keberadaan Bangsa Cina di Siak.

Barisan toko-toko itu juga sebagai tanda, karena berdagang adalah ciri yang lengket dengan mereka hingga saat ini. Ada yang berbeda di sekitar tempat itu. Sebentuk Water Front dibangun di sana. Persis berhadapan dengan kelenteng yang langsung bertatapan dengan Sungai.
 
Walau tempat rekreasi juga dibangun pemerintah daerah di bagian lain tepi Sungai Siak, Namun taklah semewah itu bentuknya.

Di sana, di dekat barisan tempat duduk taman, seorang pria setengah baya duduk dekat taman di Water Front. Ia perkenalkan dirinya sebagai Idir. Agaknya, nama lengkapnya Khaidir.Tak lama setelah saling menyapa, kami terlibat dalam bincang yang akrab. 

Ia mengaku warga asli Siak Sri Indrapura. Lahir dan besar di sana. Menyeruak kuat pesimistis Idir yangmenopang hidup dari berjualan kue.

Anak asli Siak, diungkapkannya tidak dapat banyak kesempatan mengisi peluang kerja di negerinya sendiri. Pasca pemekaran, orang kecil seperti dirinya, dia akui terus mengalami keterpinggiran dalam dinamika yang terjadi.

Pendatang dirasa mendominasi bagian kue ekonomi. Dia paparkan, kalau dulu semasa Siak sempat terpuruk setelah pemimpinnya tak berdaulat lagi, anak Siak kerap mendapatsesuatu yang dapat dirasa-rasakan sebagai penghinaan.

“Dari Siak? Pelihara kero saja lah sama rimau” Begitulah ungkapan orang-orang yang ia ilustrasikan. 
Tapi sekarang ketika Siak Sri Indrapura balik berbinar, semua orang luar mengaku punya pertalian keturunan dari sana. Hmmm…cukuplah Pak Idir

Dari dia jugalah saya tahu ada kepercayaan sedari dulu, bahwa jika pernah terminum air Sungai Siak, maka siapapun akan selalu ingin kembali ke sana. Aha…benarkah?

Teks/Foto    : k.tanjong
Judul Foto : Raut sunset di Sungai Siak

Lebih baru Lebih lama