Nasib Perikanan Pada Ekosistem Nan Babak Belur

 Suasana di Bandar Tanjungtiram
Diakui, nilai ekonomi dari kekayaan botani laut terbilang amat menggiurkan. Perairan yang ada di nuswantara, yang diapit Samudera Hindia dan Lautan Teduh menyimpan potensi yang amat banyak terkait hal itu. 

Belum lagi yang membentang di Laut Cina Selatan dan membujur seperti Selat Malaka, ujung Semenanjung Malaya serta Laut Jawa 

Seluas-luas perairan itu, kandungan botaninya nan berharga, tentulah tidak cuma teri yang dipasaran bisa dihargai Rp.180.000 /Kilogram. Begitu pula jenis-jenis ikan lain yang punya harga baik.

Lalu kepiting dan kekerangan, juga besertanya Beragam udang, termasuk lobster, Jenis yang belakangan disebutkan itu lebih fantastis lagi. 

Terkabar, untuk benih lobster saja, pada jenis tertentu bisa berharga hingga Rp.20.000. Perkilogram? Tidak. Perekor. lobster mutiara, pada usia tertentu, tiap kilogramnya dapat berharga Rp.2.000.000. 

Segenap itu, jikalau diberdayakan secara optimal dan diusahakan secara proporsional, tentulah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi pemukim-pemukim di negeri-negeri Malaya.

Ekosistem Rusak Plus Sampah Plastik
Tapi, apalah yang mau diharapkan, bila saja negeri-negeri yang punya ketergantungan dalam sektor perikanan itu justru menjadi tak berdaya dalam memelihara ekosistem laut masing-masing.

Ekosistem yang rusak,mulai dari kawasan hutan mangrove di pesisir, hingga terumbu karang di kandung laut, sejauh ini dipahami bertanggung jawab terhadap populasi botani yang bergantung padanya. bagaimana mau membiak jika ekosistem tak lagi memihak?

Bukan cuma itu, kerusakan hayati tentu harus dicermati secara serius. Bagaimana dengan pencemaran laut oleh limbah-limbah industri dengan ragamnya, 

Agaknya telah menjadi rahasia umum bahwa hal itu membuat lautan bak lubang sampah raksasa. MIneral, logam berat dan karbon ikut serta memperparah keadaan. Baik yang langsung tak langsung bisa jadi dialirkan dari industri manufaktur, atau dalam bentuk sisa-sisa aneka jenis minyak terbuang. 

Penyumbangnya, yang paling mungki mulai dari level kargo, tanker hingga pada yang disebut sebagai perahu kecil yang tidak memiliki sistem pembakaran yang sempurna. .

Lalu, apa kabar pula dengan berton-ton sampah plastik? Dalam jangkah tertentu, dikhawatirkan, microplastik terhasil selain berdampak terhadap populasi hayati laut, juga akan turut mengancam nyawa manusia, akibat jasad hasil laut terkonsumsi mungkin sempat tercemar olehnya.

Suatu ketika, seseorang tersenyum pahit ketika mendengar sesuatu yang disampaikan kepadanya: bahwa kelak tidak akan ada lagi illegal fishing yang digusarkan. "Apa sebab" Tanya dia. Jawabannya: Karena sudah tiada lagi yang akan diangkut dari perut laut ****

Teks/foto     :k.tanjong   :
Lebih baru Lebih lama