![]() |
Pantai Sejarah |
Berapa hari sebelumnya, saya baru menuntaskan sebuah e-book berjudul antologi cerita rakyat Batubara: Terjemahan Dalam Tiga Bahasa; Batubara - Indonesia - Inggris yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara.
Dalam buku tiga bahasa tersebut dikisahkan tentang legenda negeri Batubara. Apa yang mengesankan adalah upaya serius dari pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi untuk mengenalkan kembali cerita rakyat kepada khalayak, Terlebih-lebih bagi komunitas dimana ragam kisah itu berasal.
Tampaknya, apa yang dilakukan oleh kedua jenjang pemerintah daerah tersebut tidak sekadar memperkenalkan kembali budaya daerah lewat cerita rakyat. Tidak juga sekedar menunaikan tugas dan kewajiban yang mereka emban sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang.
Terselip, ada persoalan yang sangat serius dan mendesak yang sedang dihadapi dan diantasipasi yaitu punahnya bahasa daerah.
Hilang saja satu bahasa, maka manusia kehilangan salah satu kebudayaanya, karena bahasa adalah tonggak kebudayan sekaligus bahan pembangun dan pencirinya.
Hal ini tidak sekedar menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah, tapi juga di tingkat nasional dan internasional. Betapa seriusnya persoalan ini, sehingga PBB melalui Unesco Tahun 1999 menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.***
Teks:
Abdul Kahar Kongah
Foto : k.tanjong
Judul foto: Pantai Sejarah, LImapuluh
Tags:
Melayu