Alienasi' Masakan Melayu. Gerangan Apa?

.
Ketika berada di Kota Tegal,tidak ditemukan warteg alias warung Tegal. Padahal di Jakarta, kedai semacam itu menjamur. Di Minangkabau, tidak ditemukan kedai nasi yang bertuliskan 'rumah makah khas minang' atau 'masakan padang', Di Aceh, tidak ada 'mie Aceh' 

Tapi ada bedanya di wilayah Batubara. Di 'Negeri Melayu' ini kerap tampak beberapa rumah makan berlabelkan 'khas Melayu' atau 'khas Melayu Batubara' Lalu, Apa gerangan?

Hal yang mungkin terjadi, itu adalah gelagat awal alienasi. Hal buruk itu, dapat saja dipicu oleh beberapa faktor, Misalnya akibat adanya semacam 'gagal transmisi' pada satu-dua arah. 

Mungkin,generasi sebelumnya punya kelemahan tersendiri dalam menularkan kemampuan, atau boleh saja karena generasi setelahnya yang telah cenderung menjadi 'manusia praktis' yang enggan memasak hidangan Melayu yang dikenal berbumbu kaya rempah racikan sendiri.

Pemicu lain dari alienasi itu adalah faktor populasi. Pendatang, kemungkinan telah kian menjamur dan mau-tak mau menguasai sejumlah aspek kehidupan dan penghidupan. Terkait dengan itu, data statistik kependudukan dapat ditilik.

Walhasil, warga tempatan, mulai tersingkir dari kawasan dan turut 'meminggir' membawa serta aneka, termasuk kultur yang terkait dengan masakan. 

Dan ketika telah menjadi terasa asing, tentu masuk akal berikutnya ada upaya melakukan pengenalan identitas kembali. Dengan beragam alasan tentunya. Populasi kerap berkait popularitas. ***


Teks         :Abdul Kahar Kongah 
Foto         :k.tanjong
Judul foto:kepiting nipah   
Lebih baru Lebih lama