"Pada dasarnya, Melayu ini adalah suatu komunitas besar. Kita semua bersaudara Maka, kami sangat menyayangkan jika ada sebagian masyarakat kita yang memandang bahwa Melayu dalam sudut pandang yang sempit. Padahal Melayu itu, berkaitan erat dengan kultural yang beragam yang diterapkan pada suatu kawasan dunia. Jadi bukan sekadar kedaerahan' kata Azhar Amri usai berdiskusi mengenai topik Melayu, Limapuluh ( 3/12)
Dalam hal itu, sebagai salah satu argumentasi, Azhar menyampaikan sejumlah teori yang berkaitan dengan muasal Melayu di Nusantara, yang dimasukkan dalam dua kategori. Yaitu, yang diketahui sebagai Proto Melayu dan Deutro Melayu.
"Yang masuk kelompok Proto ini sering disebut sebagai Melayu Tua. Dalam pemahaman selama ini, kelompok itu diantaranya, dikenal sebagai suku Batak, Toraja, Rejang, Sasak, Dayak, termasuk Nias" terang Azhar yang juga merupakan salah seorang tokoh Melayu Batubara tersebut.
Selanjutnya, ia menerangkan, yang masuk dalam Deutro Melayu tersebut, mencakup Jawa, Sunda, Betawi, Aceh, Minangkabau, Manado dan Melayu itu sendiri, yang kini telah disebut sebagai salah satu etnik di negeri ini.
Salah satu indikator penting, yang dapat jadi salah satu identitas penting mengenai Melayu tersebut, adalah jika ditinjau dari aspek kebahasaan. Terlebih jika mencermati fakta, bahwa Bahasa Melayu telah digunakan dalam komunikasi harian, baik formal maupun non formal orang ratusan juta penduduk bumi
Diantaranya, negeri-negeri di kawasan Semenanjung Malaya, Indonesia , Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, Timor, Pulau Cocos (Australia) Vietnam dan kawasan-kawasan Indocina lainnya.
Ia juga menerangkan, di wilayah-wilayah tersebut, aspek kebudayaan dan peradaban Melayu bertumbuh kembang dengan beragam bentuk secara kultural. Malah membentuk suatu tata pemerintahan.
"Masing-masing, komunitas Melayu yang terbentuk, kemudian secara tradisi punya aturan-aturan tersendiri yang kerap disebut sebagai hukum adat. Semua aturan itu, dibuat guna jadi panduan bagi rakyat tempatan menjalahi hidup keseharian" Jelas Azhar Amri yang juga Ketua DPC Partai Bulan Bintang itu.
Ditempat yang sama, Ketua PB.Gemkara, Zulkarnain Ahmad mengungkapkan, salah satu hal yang juga penting untuk dicermati, adalah fenomena yang terjadi pada sebagian kawasan Pesisir Timur Sumatera Utara.
"Realitas yang ada, sejauh yang diketahui dari sejarah, bahwa sejumlah kesultanan Melayu, mulai dari Pinang Awan (Huta Pinangon) Bilah, Panai, hingga Asahan tak bisa ditepis begitu saja bahwa ada pengaruh darah Batak pada eksistensi kesulitanan yang memimpin suatu masyarakat pada kawasan yang luas di belahan Timur Sumatera" sebut dia.
Ia mencontohkan, Kesultanan Pinang Awan diketahui didirikan oleh Batara Sinomba/Batara Gorga Pinayungan, yang identik dengan salah satu marga masyarakat Batak.
Begitupula dengan eksistensi Kesultanan Asahan yang masa itu pusat pemerintahannya di Tanjungbalai, tak bisa dipisahkan dengan sejarah yang mengandung kisah Raja Simargolang.***rel