Ziarah Ke Perupuk, Belajar Ke Masa Silam

Izhar Fauzi berziarah ke makam yang diduga kuat merupakan pusara Wan Bagus di Perupuk


Perupuk. Beberapa hal agaknya akan membuat orang terkenang mengenai satu kata yang merupakan nama kawasan di Pesisir Timur Sumatera itu. Mungkin, teringat pantainya, atau sebentuk bunker peninggalan Perang Dunia II yang ramai disebut bikinan Jepun, dekat tepi alur Teluk Piai, 

Namun belakangan, layaknya batang-batang terendam yang beringsut naik ke permukaan, banyak yang kemudian mulai mengemuka. Misalnya, mengenai keberadaan dua Balay yang  menyimpan kisah tersendiri dalam ranah kehidupan masyarakat di Desa yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Limapuluh Pesisir itu. 

Goresan masa lalu juga membekas dari sejumlah benda-benda 'tempo doeloe' yang masih ditemukan. Boleh jadi  berupa senjata tradisional, koin, lembaran foto, juga makam-makam tua.

Boleh di bilang, di sepanjang pantai di lintasan Selat Malaka, kerap dijumpai titik-titik lokasi yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para pendahulu yang telah menorehkan peradaban tersendiri, yang mendasari dinamika perkembangan generasi saat ini.

Mendalami Kebijaksanan

Lalu, bisa jadi ada yang akan bertanya, apakah makna tersembunyi dari makam-makam tua yang bahkan banyak di antaranya bernisan tanpa pahatan nama itu, bagi yang hidup saat ini dan masa mendatang? 

Begini, pada senyap makam-makam itu, tidaklah berarti dia bisu.Sesungguhnya, bak guru, ia sedang bertutur mengenai apa sebenarnya yang terjadi semasa hayat pada jasad yang tengah beristirahat abadi di sana, yang kini telah bernilai historis. Dan, sejarah akan membuahkan banyak hal selain pengetahuan. Kebijaksanaan, di antaranya. 

Tapi, tentu saja itu berlaku sejati bagi yang bersedia belajar dan menggali ilmu daripadanya. Itulah mengapa upaya seseorang, maupun kelompok yang ingin mendalami masa lalu, misalnya dengan cara mencermati peninggalan yang tersisa, termasuk menziarahi makam-makam tua itu menjadi sesuatu yang patut dihargai.

Semisal yang dilakukan sanak keluarga besar para pemimpin wilayah Limapuluh. Para pemimpin itu, di eranya, bercirikan tradisi, temurun memegang kendali pemerintahan kawasan itu sebelum republik lahir. 

Dari penggalan demi penggalan cerita, teruntai kisah mengenai nama-nama yang belakangan bak terajut bertemali satu sama lain, diantaranya, Saomo, Wan Bagus, Wan Alang, juga Wan Ingah Mansyur.  

Selain itu dalam silsilah yang berpunca pada Magek Saomo, terungkap jua pertemalian darah dengan Aman Sampurno, Ponji, H.Baki dan Dahlan. Dari sosok tersebut, beberapa diketahui letak makamnya, ada yang masih dugaan kuat, bahkan ada yang belum ditemukan sama sekali.

Izhar Fauzi bersama Matsyah (urutan 2 dari kiri) Penutur sejarah Limapuluh, Kades Perupuk dan Muhammad Ilham

Jika ditilik lebih jauh, maka suatu fakta tak terbantahkan terjadi: bahwa keturunan dari para pendahulu nan berukir jasa lewat peranan positifnya, adalah generasi yang secara langsung maupun tidak, punya kontribusi dalam dinamika kehidupan kini. Khususnya, pada kabupaten yang bernama Batubara.

Mereka, yang jumlahnya ramai saat ini laksana bebarisan pohon yang batang-batangnya ibarat pemagar negeri, rimbun daun dan buahnya tak pelak pula, jadi manfaat bagi yang sedang lalu atau yang berteduh di tanah tempat pepohonan itu di tanam.

Manfaat semacam itu, adalah pekerti nan luhur. Telah ada bersilam abad. Budi baik yang agaknya akan tetap dikenang, walau zaman berganti zaman.****k.tanjong

Lebih baru Lebih lama