Kuning, biru, merah. Anda tahu apa itu ? Bukan bendera. Ia adalah aneka warna cat yang langsung memantik perhatian ketika berada di depan gedung itu. Warna tersebut melapisi bagian-bagian dinding yang tinggi hingga ronanya boleh jadi tampak dari kejauhan. 'Eye catching' kesannya.
Ya. Itulah gedung Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer (STMIK) Royal. Tegak, di antara geliat kehidupan masyarakat Asahan nan dinamis.Tempat di mana saya, selama beberapa masa mendatang, bersama teman-teman lainnya melakukan tugas sekolah; praktek kerja industri alias prakerin, suatu aktivitas yang melekat pada program pendidikan SMK.
Sama sekali tak sulit untuk menuju kampus itu. Terlebih, ia berada pada kawasan kota, tepatnya Jalan Imam Bonjol, Kisaran. Dari Indrapura, tempat saya berasal, ia bisa ditempuh 1-2 jam perjalanan berkendara.
Banyak Berjalan, Banyak Ditengok
Seperti pada hari itu; Rabu, 25 Januari 2023, keberangkatan kami yang diberi tugas melaksanakan praktek kerja, dari pihak sekolah didampingi Bu Desy. Siswa yang ikut, berasal dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
Ketika merancang keberangkatan, sebelumnya kami sepakat untuk berkumpul di SMK Teladan Indrapura. Namun, karena suatu hal, kami harus menjemput seorang teman lebih dahulu.
Perjalanan jadi tak terasa membosankan karena di dalam mobil kami saling berbincang. Apa lagi satu-dua bentuk, ada yang tampak menarik perhatian di tepi jalan. Bak kata pepatah banyak berjalan banyak ditengok. Semisal nan ikonik itu: Mesjid Agung H.Achmad Bakrie yang berlabur warna emas pada dinding, dan tatanan taman yang berisi ramai tetumbuhan mengitari.
Di seberangnya, kantor bupati yang dibangun jauh sebelum saya mengenyam caya mentari. Terbersit jua sejenak di benak; agaknya bupatinya rajin sholat. Tapi ada yang bilang Bupati Asahan saat ini, dulunya sempat lama bermukim di Airputih dan sempat mengajar di salah suatu SMK yang berdekatan dengan sekolah saya.
Pengenalan Singkat
Sesampainya di STMIK Royal kami disambut hangat oleh sejumlah pembimbing. Seorang di antaranya dipanggil ‘Pak Sharen’ Kami pun diajak berkeliling sejenak seraya berkenalan dengan beberapa kakak di laboratorium komputer yang hampir semuanya adalah lelaki.
Sebut saja Pak Ruri, dan Pak Irfan. Keduanya, sempat memberi bimbingan dan arahan awal sebelum saya dan teman lainnya mulai mengasah kemampuan di kampus 'triwarna' itu.Beberapa siswa prakerin dari sekolah lain juga ada di sana.
Dari proses pengenalan singkat yang terjadi, diketahui bahwa STMIK adalah hasil integrasi dari AMIK ROYAL yang dikenal luas sebelumnya. Resminya itu terjadi pada 12 April 2019
Dalam hal fasilitas, juga terbilang baik. Selain ruang untuk keperluan pembelajaran, terdapat pula kantin, toilet, plus tempat parkir. Ada tiga gedung yang digunakan STMIK dalam operasional pendidikannya.
Saya mengamati singkat situasi sekitar. Atap-atap rumah warga terhampar saat saya beristirahat di koridor pada lantai atas kampus. 'Serem' juga... Tapi tak apa.
Jadi anak kost
Bu Desy, mengharapkan kami tepat waktu saat melaksanakan prakerin. Hadir di kampus pukul 08.00 WIB hingga usai pada pukul 15.00 WIB. Dengan begitu, mau-tak mau, kami sementara harus jadi anak kost.
Syukurnya, kami dapat tempat kost khusus perempuan tak jauh dari kampus. Tarifnya lumayan juga Rp.450.000 perbulan. Lumayanlah ada kasur, lemari, televisi, dan yang juga penting satu ini; kipas angin, jadi nggak kepanasan. Plus satu lagi; peraturan pengelola kost yang harus dipatuhi.
Tentu saja ada perasaan berbeda, ketika harus jauh dari keluarga. Tapi tak apa sedikit bersusah demi menimba ilmu yang bermanfaat untuk saat ini dan masa hadapan.
Di rantau, tak urung terkenang jua pepatah lama "nan merah sago, nan baiak budi, nan indah baso” Ya. Tata krama dan akhlak harus dijaga.****gadiza sahgira